Rabu, 04 November 2009

Ayam Tiren

Tiren adalah singkatan dari Mati Kemaren. Belakangan ini, kata Tiren digabungkan dengan kata yang lain. Gabungan itu adalah ‘Ayam Tiren’.
Apa itu ayam tiren? Ayam tiren berarti ayam bangkai. lalu bagaimana bila ayam bankai ini di jual di pasaran? Untuk apa? Untuk dimasak dan tanpa sadar kita konsumsi.
Tapi bukankah setiap ayam yang dijual memang sudah mati? Memang benar, ayam yang dijual di pasaran sudah mati. Tapi sebelum dijual, ayam itu masih hidup sehat dan baru dipotong. Ada perbedaan besar antara ayam tiren dengan ayam biasa. Yaitu, sebelum dijual dan dipotong pun, ayam tiren itu sudah mati dan menjadi bangkai.
Jadi tanpa sadar, kita bisa memakan bangkai ayam. Dimana ayam yang sudah mati itu, kemungkinan mati karena sakit. Bayangkan saja, kita memakan daging yang penuh penyakit. Rasanya tidak bisa dibayangkan, memakan bangkai, sangatlah mengerikan.
Lalu kenapa, ayam bangkai itu bisa dijual? Sebagai masyarat awam, kita tidak tahu apakah itu ayam tiren atau bukan —di sini saya sebut sebagai ayam biasa. Dan dengan bebasnya, membelinya kemudian mengkonsumsinya. Alasan yang dikemukan oleh para penjual ataupun pembeli ayam tiren itu adalah alasan klasik. Yaitu Ekonomi.

Kenapa alasan ekonomi? Sebab ayam tiren itu jauh lebih murah dari harga ayam biasa. misalnya harga ayam biasa dipasaran sekitar 15 ribu untuk 1 kilo. Dan satu ayam itu, bisa lebih atau kurang dari 1 kilo. Sedangkan harga ayam tiren, dijual per potongnya —tanpa melihat ukurannya— hanya 2 ribu rupiah. Murah bukan? Terlalu amat sangat murah untuk ukuran seekor ayam.
Karena harga yang murah itulah, banyak orang tergoda untuk membelinya. Bagi masyarakat bawah ataupun masyarakat menengah, harga ayam yang murah menjadi pilihan. Mereka tidak mungkin curiga kenapa harganya semurah itu dari yang biasa. Apalagi di jaman yang serba mahal ini, tanpa pikir panjang mereka pasti akan membelinya.
Penjualnya ayam tiren itu sendiri tak lain dan tak bukan, yaitu pegawai di pemotongan ayam. Wow, mengerikan sekali. Pegawai pemotongan itu, mengumpulkan ayam yang mati karena sakit ataupun sebab yang lain, dan menjualnya ke pedagang. Pedagang inilah yang kemudian tanpa merasa bersalah, menjualnya ke masyarakat. Karena Tergoda oleh keuntungan yang besar yang akan di dapat oleh pedagang, tanpa memperdulikan konsekuensi yang akan di tanggung oleh pembeli yang akan memakan ayam tiren tersebut, pedagang menjual ayam tiren seenak mereka. Banyak para pedagang yang menjual ayam tiren mengaku bahwa ayam yang mereka jual adalah ayam segar yang baru di potong dan langsung di jual.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar